Tiap hari kamis di bulan ramadhan, takjil di Masjid Gedhe Kauman cukup istimewa, yaitu gulai kambing. Tradisi ini konon sudah berusia puluhan tahun, sejak Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.
Hari kamis kedua ramadhan tahun ini saya ikut takjilan di masjid gedhe. Bukan karena gulainya sih, tapi seneng aja dengan acara unik seperti ini. Seperti yang diduga, suasana ramai banget. Jam 16.30 masyarakat mulai berbondong-bondong mendatangi serambi masjid. Mulai dari anak kuliahan sampai bapak tukang becak, laki-laki perempuan, tua muda tumplek blek di masjid. Sembari menunggu bedug magrib, ada penceramah yang memberikan wejangan.
Sambil mendengarkan penceramah, saya jadi teringat tradisi sekaten yang digagas oleh Wali Songo. Pada jaman dahulu Sunan Kalijogo menabuh gamelan di alun-alun untuk menarik masyarakat agar datang. Tiket masuknya….tentu saja kalimat syahadat, “asyhadu an laa ilaaha ilallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah” Itulah sebabnya simbah-simbah kita masuk islam. Wali Songo menggunakan sekaten ini sebagai sarana untuk memperkenalkan agama islam.
Saya rasa tidak jauh berbeda ketika saya melihat antusias masyarakat yang berbondong-bondong ke masjid gedhe. Dakwah bukan sekedar ceramah. Dakwah lewat kuliner, so why not? Saya jadi ingat ada beberapa masjid di Jogja yang menyediakan menu cukup mewah untuk berbuka puasa. Dan para pemburu takjil begitu antusias mendatangi masjid-masjid tersebut.