Paper Stop Motion from Jogja

Ini adalah salah satu paper stop motion favorit saya. Nemunya nggak sengaja di FB. Paper Stop Motion yang berjudul ‘OTW – On The Way’ ini dibuat oleh teman-teman UKDW dan menjadi pemenang dari Asia-Europe Short Film Contest (ASEF) yang diselenggarakan oleh Asia-Europe Foundation.

Paper stop motion ini dibuat menggunakan 1395 foto dan semua properti yang digunakan murni buatan tangan (handmade).

OTW – Paper Stop Motion

Paper stop motion yang berdurasi 3:01 menit ini bercerita tentang seorang bule (gambar jatuh-nya ala Mr. Bean) yang jatuh di Tugu Jogja. Perjalanan dimulai dari Stasiun Tugu, dengan menggunakan becak. Sang penarik becak bertindak ala tourist guide, menceritakan bangunan-bangunan yang dilewati di sepanjang perjalanan seperti Malionoro Mall, Kantor Gubernur, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, Kantor Pos Besar, Bank Indonesia, beberapa tempat Ibadah, dan berakhir di Kraton Jogja (sesuatu yang membuat Jogja menjadi begitu istimewa).

Di depan kraton ini ada dialog antara Tukang Becak sama Bule tadi yang intinya si Bule kagum akan keberadaan berbagai bangunan-bangunan yang menggambarkan keanekaragaman yang ada di jogja, mulai dari bangunan Asia-Eropa, dan bangunan tempat ibadah.

“It seems that everything is here. The harmonization of those buildings is so georgeous, isn’t it?”, kata bule.

“Yes Sir, diversity are beautiful”, jawab si tukang becak.

Mungkin kalo di dunia nyata sosok abang becak itu adalah Harry Van Jogja kali ya…Seorang tukang becak yang menguasai Bahasa Inggris & Bahasa Belanda. Juga aktif di Social Media seperti facebook dan twitter.

Film pendek ini berakhir saat bule tadi berfoto di depan Kraton. Kalo diamati dengan cermat ada yg lucu, karena di foto itu si bule berfoto dengan sikap ngapurancang. O, iya ngapurancang itu adalah sikap berdiri dimana tangan berada di bawah pusar, kaki direnggangkan, sikap santai disertai rasa hormat. Sikap ini biasanya digunakan jika dalam situasi atau berhadapan dengan orang-orang terhormat. Wah bule-nya udah njawani, hehe…:D

Continue Reading

Film Door to Door

Baru kemaren saya nonton film Door to door. Film ini pernah digunakan Pak Dharma dalam materi Selling & Life Skil. Meski film ini sudah lama tersimpan di harddisk (tepatnya sejak 2008) tapi entah kenapa saya belum juga tergerak untuk nonton sampai akhir. Baru kemaren sore saya bener2 ‘niat’ buat menyelesaikannya. Saya percaya kalau film atau buku itu akan hadir di saat yang tepat. Disaat kita benar-benar siap dan memerlukannya.

Kali ini saya pengen menuliskan apa sih yang saya dapetin dari film ini terutama dari sudut pandang selling:

Film ini diangkat dari kisah nyata seorang yang bernama Bill Porter. Bill ini menderita Cerebral Palsy, suatu gangguan syaraf di otak karena waktu lahir dokternya meleset waktu menggunakan Vacuum. Akibatnya penderita cacat ini sulit mengkoordinasikan saraf dan ototnya. Bill ini kalo jalan seperti seorang pemabuk dan sulit berbicara.

Tetapi dia punya kemauan dan tekad yang kuat. Persistence and Patience.

Dia melamar pekerjaan di Watkins (sebuah perusahaan yang menjual kebutuhan sehari-hari. Awalnya tentu saja ditolak. Tetapi Bill berhasil meyakinkan Direkturnya “Beri saya daerah yang paling buruk penjualannya, toh anda juga tidak rugi apapun.” Oke Si Bos Menerima.

Bill memulai pekerjaannya menawarkan barang secara door to door. Bill mengetuk pintu calon customernya, menceritakan berbagai kisah menarik sebelum akhirnya mempromosikan dagangannya. Berbagai karakteristik orang ditemuinya. Ada yang tetanggaan berantem, ada pemabuk, ibu2 kesepian, dsb. Di sini Bill tidak hanya bertindak sebagai penjual, tetapi menjadi bagian dari lingkungan itu. Orang-orang disitu mengenalnya, menyapanya. Bill menjadi teman bagi customernya. Bahkan penjadi pendamai antara tetangga yang berantem tersebut.

Pernah suatu ketika ada seorang anak kecil yang waktu pertama kali melihat Bill merasa takut. Tetapi Bill bisa melucu sehingga anak itu tidak lagi takut. Anak itu setelah besar berprofesi sebagai wartawan dan menulis kisah Bill sebagai penjual yang sukses. Dia menyebut Bill sebagai “The Invisible Thread” Benang yang tidak tampak. Karena Bill telah menghubungkan orang-orang yang ada dalam lingkungan tersebut.

Hingga akhirnya, di tahun 1989 Bill mendapatkan penghargaan dari Watkins sebagai penjual terbanyak. Prestasinya itu melebihi prestasi orang-orang muda dan normal.

Putuskan apa yang Anda inginkan dalam hidup ini; lihatlah sisi positifnya;

dan jangan pernah menyerah sampai Anda mencapainya

Bill Porter

Continue Reading