Hari sabtu 13 Juli 2013 saya menghadiri acara Festival Sukses Mulia 2013 #FSM2013Jogja. Di festival ini ada 12 pembicara keren seperti Mas Arief Budiman, Mbak Lusy Laksita, Mas Hanafi Rais, Mbak Astriani (istrinya mas Hanafi Rais), Pak Singgih Kartono, Coach Wulan, Mbak Alissa Wahid, Pak Putu Putrayasa, Pak Utomo Njoto, Pak Zaidul Akbar dan Pas Agus Inspirator.
Di tulisan kali ini saya share penuturannya mbak Alissa Wahid yang oke punya:
Mbak Alissa Wahid menceritakan pengalaman di suatu sore, waktu naik Mobil bersama adiknya Mbak Yenny Wahid dan ayahnya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur):
“Waktu itu saya kelas 1 SMA dan Yeni adik saya yg politisi masih kelas 2 SMP. Kita berhenti di sebuah lampu merah, magrib, dan hujan. Ada anak kecil ngelap kaca, mencari uang. Waktu itu Yeni berkata:
“Pak ini kan melanggar undang-undang dasar. Anak terlantar harusnya dipelihara oleh negara kan pak? Kok ini ada anak terlantar masih bekerja di malam hari, hujan lagi. Aku mau nulis di koran, mau protes sama pemerintah”
Lalu jawaban ayah saya,“Yen kalo kamu mau berjuang itu melihat diri sendiri juga. Kamu masih SMP. Kalau kamu menulis di koran belum tentu ada perubahan yg terjadi. Tapi bisa jadi (waktu itu jaman orba) kamu akan diblack-list dan kamu tidak bisa melakukan apa-apa karena harus ke luar negeri seperti banyak orang pintar dan kritis pada waktu itu.
Lalu ayah saya melanjutkan, “Kalau kamu betul2 ingin membantu anak2 ini carilah ilmu setinggi-tingginya dan kamu pakai untuk menolong anak2 ini.” Saya nggak tau itu nyampenya di Yeni bagaimana tapi kalau bahasa sekarang JLEB buat saya.
Setelah itu saya memilih ilmu yang memastikan saya, yg membuat saya mampu membantu orang lain dalam ukuran saya, dan saya memilih Psikologi.
Kemudian saya aktif di berbagai keiatan sosial. Saat ini saya aktif mengelola Jaringan Gus Durian Indonesia. Itu adalah jaringan murid-murid Gus Dur yang tersebar di seluruh Indonesia.
***
Tapi kalau kita berangkat dari prinsip di dalam kehidupan, prinsip kehidupan itu menjadi poros kehidupan. Tugas kita adalah menyusun prioritas.
Lalu menentukan goal terdekat dalam kehidupan saya. Saat ini saya seorang psikolog keluarga tapi sejak Gus Dur wafat prioritas ini turun karena tugas saya adalah menjahit murid2 Gus Dur di berbagai daerah.
Ketika kita membuat keputusan dengan sadar maka akan jauh lebih mudah untuk mengatur semuanya. Sehingga kalau ada tawaran atau bisnis ini itu saya bisa dengan legowo mengatakan “Saya tidak bisa bukan karena saya tidak mampu atau ini tidak menarik, tapi ini bukan prioritas saya saat ini”
Kenapa ini penting karena kalau sepakbola nggak ada gawangnya gimana mainnya? bingung serabutan. Apalagi kalau nggak ada aturan. Tapi kalau kita tahu tujuan main sepakbola adalah memasukkan bola ke gawang lawan. Dan karena kita tahu itu tujuan maka kita bisa bergerak menuju kesana.
Tujuan berfungsi untuk memfokuskan semua sumberdaya yang kita miliki. Agar kita bisa mencapai tujuan kita. Kalau kita tidak memutuskan saya dalam tiga tahun ke depan ingin mencapai tujuan ini, karena misi saya dalam hidup adalah ini. Maka kita akan lari kemana-mana. Kita akan mudah tergoda oleh banyak hal, dan setelah itu kita tidak akan bisa mencapai semaksimal yg kita bisa mampu.
Saya belajar dari salah satu mentor saya, beliau mengajarkan pakai mantra ini untuk membantu kita menentukan apa yang ingin kita lakukan dalam kehidupan sehari hari
“Saya akan menggunakan semua sumberdaya yang kita miliki untuk hal-hal yang terkait dengan goals dan tujuan saya”
Apa resources yang paling penting: energi, pikiran, waktu dan tentu saja materi.
Sehingga kalau saya nonton TV saya mikir ini nonton TV membuat saya dekat dengan goal terdekat saya nggak? Kalau nggak ya ngapain nonton TV. Baca buku ini penting nggak? Membuat saya lebih mendekat dengan target saya kedepan nggak? Kalau iya, ya saya baca buku walau mungkin lagi males.
Begitu saya memilih prioritas yang saya tekuni.